Minggu, 08 Desember 2013
Browse Manual »
Wiring »
bagian
»
bersambung
»
i
»
novel
»
simulacrum
»
Novel Bersambung SIMULACRUM Bagian I
Oleh : Kundrat Kanda Permana
Dunia ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan cara yang biasa-biasa, di dalamnya tersedia berbagai fenomena menarik yang tak sempat kita ketahui. Apa salahnya kau berjudi dengan masa depan, dan melakukan terjun bebas kehidupan. Janganlah berharap mutiara yang indah jika kau takut lautan, galilah di kedalaman, sebab di sana ada kejernihan
Malam itu di sebuah kafe yang terdapat di kawasan elit di jakarta terlihat beberapa pengunjung. Mereka umumnya dari kalangan menengah ke atas. Suasana yang menjanjikan bagi mereka yang bercitarasa glamour. Beberapa relung kaca putih tempak menyala bergantungan di atap kafe, api dari lampu minyak yang mungil terlihat meliuk-liuk di atas meja yang berderet di kafe itu. Dari banyak pengunjung yang hadir disitu dapat diketahui apakah yang mereka laukan itu kencan pertama, pertemuan bisnis, atau memang benar-benar bersantap malam. Pasangan yang pembicaraanya didominasi pria dan ia begitu semangat menghambur-hamburkan pengetahuanya seolah dia tahu segala hal tentang kehidupan, sedangkan si wanita hanya berkata seadanya sambil malu-malu, biasanya mereka pasangan yang baru dalam proses pendekatan. Berbeda dengan pasangan yang berbicara seimbang dan kadang-kadang mereka bertengkar, mereka umumnya pasangan yang sudah lama menjalin hubungan cinta. Ada juga pasangan dimana laki-laki usianya lebih tua, dan terlihat matanya bergerak-gerak memantau seisi ruangan, itu merupakan pasangan selingkuh. Sedangkan pasangan suami istri, terlihat lebih santai, dan sedikit bicara.
Alunan musik jazz yang terdengar sayup semakin membuat suasana di kafe terasa nyaman. Di sofa sudut kafe nampak seorang pria tanpan dengan asap rokok keluar dari mulutnya menunggu pelayan datang membawa daftar menu kafe itu. Sementara pelayan datang ia menyibukan diri dengan memandang ke sudut-sudut yang lain, didapatinya di sudut yang lain seorang wanita yang sedang menangis kecil sambil mengusap air mata dengan syal yang dipakainya. Dari pengalaman serta imaginasi konyolnya pemuda itu menebak kalau gadis itu adalah anak orang kaya yang sedang menangisi kepergian orang yang dicintainya. Pemuda itu berpikir bahwa ada dua hal yang membuat orang kaya bersedih, pertama karena kepergian seseorang kedua, karena cerita mnyedihkan dalam film atau novel. Mereka tak pernah menangis karena anaknya tertahan meneruskan pendidikan, mereka juga takan pernah mengalami keluarganya terpaksa keluar dari rumah sakit karena tak mampu mengatasi biaya pengobatan. Terlebih sampai menagis karena keluarganya tak bisa makan.
Sepertinya pria itu berpikir bahwa isak tagis itu harus segera reda, atau perempuan itu kan terus tersekap dalam ruang kesedihan tanpa henti. Dengan santai ia pun menghampirinya. “Syal itu tidak dibuat tuk meghapus airmata nona”, begitu pria itu memulai pembicaraan sambil menyodorkan tisyu ke hadapan gadis itu. Gadis itu terkaget dibuatnya, dan tak sempat memikirkan pilihan lain selain menerimanya sambil mengucapkan terima kasih, gadis itu mulai mencoba menahan tangisnya, walaupun masih terdengar isakan kecil. “Dunia ini penuh dengan fenomena menarik dan mengagumkan, kenapa semua itu harus dikalahkan oleh sesuatu yang kini membuatmu menangis”. Mata gadis itu mulai menatap wajah pemuda tampan itu yang baru saja menyapanya, tanpa tanpa sepatah kata pun, kecuali hati kecilnya berbicara Apa salahnya jika aku membiarkan pemuda tanmpan ini tetap berada di depanku. Seolah tak memberi kesempatan lawan bicaranya menjawab, pemuda itu pun mengajaknya berjabatan tangan sambil mengatakan, nama saya dani, namaku hening. Apa gerangan yang membuatmu bersedih nona? “Oh tidak apa-apa saya sudah merasa lebih baik” hening mencoba menyembunyikan kesedihanya. Kalau begitu berarti kamu menagis tiap malam ?, karena tiap hari tidak ada apa-apa, jawab dani. Maksudnya? Alis hening telihat mengerenyit. Maksudku kamu lebih cantik kalau sedang menangis. Sebelum hening menyela panji lebih dulu memberinya pertanyaan susulan, jadi untuk apa menangis jika tidak terjadi apapun? Akhirnya hening pun mengatakan keadaan yang sesunguhnya, tentang kematian teman baiknya yang ia tak sempat menghadirinya, dan hal-hal lain berkenaan dengan kenagan berasamanya. Oh nampaknya aku layak mencucurkan airmata mendengarmu, tapi aku tak boleh meambah kesedihamu bukan? Kesedihan itu datang sebagai pertanda kan munculnya kebahagiaan baru. Kok bisa? tanya hening. Bukankah karena jeritan bayi air susu ibu datang? Bukankah karena awan menangis, bunga2 bermekaran, bukankah karena kepongpong robek maka kupu-kupu yang indah segera muncul? Cukup membutku terhibur komentar Hening. Pernahkah kau memasukan sesendok garam kedalam segelas air? ya anggaplah pernah, jawab hening singkat. Bagaimana rasanya? Ya pasti asin. Bagaima jika kau masukan sesendok garam itu kedalam bak mandi atau kolam?. Nah jika orang merasa kehidupan ini sangat getir dan asin, berarti hatinya masih sekecil gelas, jika hatinya sudah seluas kolam atau danau maka hidup ini tidak lagi terasa getir baginya. So sweat, penggemar gibran ya? Aku lebih suka Rabindranat tagore.
Sementara mereka terdiam sejenak, panji memanggil pelayan dia memesan black coffee dan memesankan ice moca tuk hening serta dua kerat sandwitc. Tanpa disadari Hening sudah terseret pada ruang percakapan yng lebih serius, Apakah kau pernah bersedih? Ya, sedih-riang, suka-duka, indah-buruk itu hanyalah pemaknaan kita atas sebuah realitas, dan kita sendirilah yang harus menciptakan makna itu bukan menerimanya dengan pasrah. Kebahagiaan dan derita adalah pilihan kita, keduanya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri kita, sedangkan musibah dan kesenangan itu faktor dari luar. Tinggal bagaimana kita bisa mengubah musibah jadi kebahagiaan, bukan sebaliknya membiarkan kesenangan berujung jadi derita. Karena bahagia dan derita hanyalah definisi sebuah situasi, jika kau menganggap dirimu orang yang paling memilukan, jadilah kau orang sedih begitujuga sebaliknya. Karena dunia yang kau dapati adalah hal yang selalu yang kau pikirkan.
Mereka berdua meneruskan perbincangan dengan tema yang berganti-ganti, dari ramalan bangsa maya kuno, karya arsitektur Norman foster, fashion, sampai film-film holywood terbaru.
Aku mengundangmu ke acaraku, aku kan merasa senang jika kau bisa hadir, ucap panji sambil memberikan undangan yang dikeluarkan dari tas kecilnya. Setelah dibacanya Hening menjawab nampaknya sebuah acara yang tlah kurencanakan membuat aku tak bisa menghadiri acaramu.. Jangan langsung menolak nona, bukankah kita bisa bernegosiasi. Negosiasi apa? Ya tentang apa yang bisa kerbuat untukmu dan tentang apa yag kau suka. Firasatku mengatakan, kau suka dengan keindahan alam bukan? Disana kau bisa menikmati keesejukan udara bukit dan perkebunan, aku juga bisa mengajakmu wisata kuliner di kota dangdung, jika kamu suka. Hening sebenarnya tertarik dengan ajakan itu, tapi ia berusha menyembunyikanya lalu membalasnya. Kok tau sih, tapi itu bukan isyarat agar kau meneruskan godaanmu. Bukan hanya tergoda, kau akan langsung setuju, jika kemudian aku ajak kau mengunjungi bangunan-bangunan tua di kota bandung. Bagaimana jika aku tetap tidak mau ikut? Ya mungkin aku harus menemukan orang lain yang menerima tawaranku.
Sambil melihat jam yang menempel di tanganya hening memberi isyarat bahwa dirinya harus segera pulang. Sudah malam neh, sebentar lagi ayahku kan menelponku, aku harus segera pulang, senang mengenalmu. Tidak berbeda denganku nona. Jika kau berubah pikiran, telpon saja aku, panji memberikan kartunama yang dikeluarkan dari dompet kulitnya. Dengan senang hati. panji segera memanggil pelayan, mintabilnya ya mas. Tak lama pelayanpun datang memberikan bilnya, panji mengeluarkan uang seratus ribu ruiah dari dompet kulitnya, sebelum hening mendahuluinya, ia segera memberikanya, biar kali ini aku yang bayar. Sisanya buat mas aja ya, ucap panji sambil menyimpan uang di atas nampan yang di bawa pelayan tadi. Mereka berduapun keluar dari kafe itu menuju area tempat mereka memarkir kendaraanya
Namun sebelum hening memasuki mobilnya panji memanggilnya, heningpun mengehentikan langkahnya sambil menatap ke arah Dani. Berapa tinggi badanmu, tanya dani. Tapi sebelum hening menjawabnya, panji menyela “biar kutebak, 165 kan?. Kok bisa tahu sih, karena aku hebat. Hening hanya bisa tersenyum sambil memasuki mobil mewah yang pintunya sudah dibuka oleh supirnya, tak lama mobil itu sudah keluar meninggalkan are parkir kafe tersebut. Terlihat panji melambaikan tanganya sambil tersenyum.
Sambil mendengarkan lagu antonio song’s yang keluar dari tape mobil, Hening mencoba mengingat-ngingat kembali kejadian yang baru saja dilaluinya. Ia pun mulai melupakan kesedihanya. Dalam perjalanan pulang ia terus berpikir tentang pemuda yang unik itu, baginya pemuda itu hadir dan berpisah dengan cara yang aneh. Hening terus berkata dalam hatinya. Entah knapa aku begitu asyik berbincang denganya, kata-katanya mengalir seperti aliran sungai, dan aku hanyut kedalam arusnya. Saat dia mengajak, aku jadi tak punya piliha lain selain menyetujuinya. Aku sudah mengenal banyak lelaki dari berbagai kalangan, tetapi baru kutemui orang seperti dia, jawaban pertanyanya kadang asal, tap aku menyukainya. Meskipun ia menarik, aku mencoba untuk tidak menunjukan ketertarikanku, karena ketertarika bisa berakibat fatal bagi seseorang. Tiba-tiba bayangan akan lelaki itu di hentikan oleh suara deret pagar rumahnya yang tlah terbuka.
Hening bergegas masuk ke kamarnya, dan setelah beberapa saat, ia mulai menuangkan kejadian tadi kedalam diarynya :
Hening adalah anak seorang pengusaha automotif yang terkenal di jakarta, ibunya seorang dsainer interior. Dia hidup serba berkecukupan. Apapun yang ia inginkan kan segera terwujud tanpa harus merengek, cemberut apalagi menggoda lelaki tazir.
Novel Bersambung SIMULACRUM Bagian I
Simulacrum
Oleh : Kundrat Kanda Permana
Dunia ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan cara yang biasa-biasa, di dalamnya tersedia berbagai fenomena menarik yang tak sempat kita ketahui. Apa salahnya kau berjudi dengan masa depan, dan melakukan terjun bebas kehidupan. Janganlah berharap mutiara yang indah jika kau takut lautan, galilah di kedalaman, sebab di sana ada kejernihan
Bagian I
Malam itu di sebuah kafe yang terdapat di kawasan elit di jakarta terlihat beberapa pengunjung. Mereka umumnya dari kalangan menengah ke atas. Suasana yang menjanjikan bagi mereka yang bercitarasa glamour. Beberapa relung kaca putih tempak menyala bergantungan di atap kafe, api dari lampu minyak yang mungil terlihat meliuk-liuk di atas meja yang berderet di kafe itu. Dari banyak pengunjung yang hadir disitu dapat diketahui apakah yang mereka laukan itu kencan pertama, pertemuan bisnis, atau memang benar-benar bersantap malam. Pasangan yang pembicaraanya didominasi pria dan ia begitu semangat menghambur-hamburkan pengetahuanya seolah dia tahu segala hal tentang kehidupan, sedangkan si wanita hanya berkata seadanya sambil malu-malu, biasanya mereka pasangan yang baru dalam proses pendekatan. Berbeda dengan pasangan yang berbicara seimbang dan kadang-kadang mereka bertengkar, mereka umumnya pasangan yang sudah lama menjalin hubungan cinta. Ada juga pasangan dimana laki-laki usianya lebih tua, dan terlihat matanya bergerak-gerak memantau seisi ruangan, itu merupakan pasangan selingkuh. Sedangkan pasangan suami istri, terlihat lebih santai, dan sedikit bicara.
Alunan musik jazz yang terdengar sayup semakin membuat suasana di kafe terasa nyaman. Di sofa sudut kafe nampak seorang pria tanpan dengan asap rokok keluar dari mulutnya menunggu pelayan datang membawa daftar menu kafe itu. Sementara pelayan datang ia menyibukan diri dengan memandang ke sudut-sudut yang lain, didapatinya di sudut yang lain seorang wanita yang sedang menangis kecil sambil mengusap air mata dengan syal yang dipakainya. Dari pengalaman serta imaginasi konyolnya pemuda itu menebak kalau gadis itu adalah anak orang kaya yang sedang menangisi kepergian orang yang dicintainya. Pemuda itu berpikir bahwa ada dua hal yang membuat orang kaya bersedih, pertama karena kepergian seseorang kedua, karena cerita mnyedihkan dalam film atau novel. Mereka tak pernah menangis karena anaknya tertahan meneruskan pendidikan, mereka juga takan pernah mengalami keluarganya terpaksa keluar dari rumah sakit karena tak mampu mengatasi biaya pengobatan. Terlebih sampai menagis karena keluarganya tak bisa makan.
Sepertinya pria itu berpikir bahwa isak tagis itu harus segera reda, atau perempuan itu kan terus tersekap dalam ruang kesedihan tanpa henti. Dengan santai ia pun menghampirinya. “Syal itu tidak dibuat tuk meghapus airmata nona”, begitu pria itu memulai pembicaraan sambil menyodorkan tisyu ke hadapan gadis itu. Gadis itu terkaget dibuatnya, dan tak sempat memikirkan pilihan lain selain menerimanya sambil mengucapkan terima kasih, gadis itu mulai mencoba menahan tangisnya, walaupun masih terdengar isakan kecil. “Dunia ini penuh dengan fenomena menarik dan mengagumkan, kenapa semua itu harus dikalahkan oleh sesuatu yang kini membuatmu menangis”. Mata gadis itu mulai menatap wajah pemuda tampan itu yang baru saja menyapanya, tanpa tanpa sepatah kata pun, kecuali hati kecilnya berbicara Apa salahnya jika aku membiarkan pemuda tanmpan ini tetap berada di depanku. Seolah tak memberi kesempatan lawan bicaranya menjawab, pemuda itu pun mengajaknya berjabatan tangan sambil mengatakan, nama saya dani, namaku hening. Apa gerangan yang membuatmu bersedih nona? “Oh tidak apa-apa saya sudah merasa lebih baik” hening mencoba menyembunyikan kesedihanya. Kalau begitu berarti kamu menagis tiap malam ?, karena tiap hari tidak ada apa-apa, jawab dani. Maksudnya? Alis hening telihat mengerenyit. Maksudku kamu lebih cantik kalau sedang menangis. Sebelum hening menyela panji lebih dulu memberinya pertanyaan susulan, jadi untuk apa menangis jika tidak terjadi apapun? Akhirnya hening pun mengatakan keadaan yang sesunguhnya, tentang kematian teman baiknya yang ia tak sempat menghadirinya, dan hal-hal lain berkenaan dengan kenagan berasamanya. Oh nampaknya aku layak mencucurkan airmata mendengarmu, tapi aku tak boleh meambah kesedihamu bukan? Kesedihan itu datang sebagai pertanda kan munculnya kebahagiaan baru. Kok bisa? tanya hening. Bukankah karena jeritan bayi air susu ibu datang? Bukankah karena awan menangis, bunga2 bermekaran, bukankah karena kepongpong robek maka kupu-kupu yang indah segera muncul? Cukup membutku terhibur komentar Hening. Pernahkah kau memasukan sesendok garam kedalam segelas air? ya anggaplah pernah, jawab hening singkat. Bagaimana rasanya? Ya pasti asin. Bagaima jika kau masukan sesendok garam itu kedalam bak mandi atau kolam?. Nah jika orang merasa kehidupan ini sangat getir dan asin, berarti hatinya masih sekecil gelas, jika hatinya sudah seluas kolam atau danau maka hidup ini tidak lagi terasa getir baginya. So sweat, penggemar gibran ya? Aku lebih suka Rabindranat tagore.
Sementara mereka terdiam sejenak, panji memanggil pelayan dia memesan black coffee dan memesankan ice moca tuk hening serta dua kerat sandwitc. Tanpa disadari Hening sudah terseret pada ruang percakapan yng lebih serius, Apakah kau pernah bersedih? Ya, sedih-riang, suka-duka, indah-buruk itu hanyalah pemaknaan kita atas sebuah realitas, dan kita sendirilah yang harus menciptakan makna itu bukan menerimanya dengan pasrah. Kebahagiaan dan derita adalah pilihan kita, keduanya dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri kita, sedangkan musibah dan kesenangan itu faktor dari luar. Tinggal bagaimana kita bisa mengubah musibah jadi kebahagiaan, bukan sebaliknya membiarkan kesenangan berujung jadi derita. Karena bahagia dan derita hanyalah definisi sebuah situasi, jika kau menganggap dirimu orang yang paling memilukan, jadilah kau orang sedih begitujuga sebaliknya. Karena dunia yang kau dapati adalah hal yang selalu yang kau pikirkan.
Mereka berdua meneruskan perbincangan dengan tema yang berganti-ganti, dari ramalan bangsa maya kuno, karya arsitektur Norman foster, fashion, sampai film-film holywood terbaru.
Aku mengundangmu ke acaraku, aku kan merasa senang jika kau bisa hadir, ucap panji sambil memberikan undangan yang dikeluarkan dari tas kecilnya. Setelah dibacanya Hening menjawab nampaknya sebuah acara yang tlah kurencanakan membuat aku tak bisa menghadiri acaramu.. Jangan langsung menolak nona, bukankah kita bisa bernegosiasi. Negosiasi apa? Ya tentang apa yang bisa kerbuat untukmu dan tentang apa yag kau suka. Firasatku mengatakan, kau suka dengan keindahan alam bukan? Disana kau bisa menikmati keesejukan udara bukit dan perkebunan, aku juga bisa mengajakmu wisata kuliner di kota dangdung, jika kamu suka. Hening sebenarnya tertarik dengan ajakan itu, tapi ia berusha menyembunyikanya lalu membalasnya. Kok tau sih, tapi itu bukan isyarat agar kau meneruskan godaanmu. Bukan hanya tergoda, kau akan langsung setuju, jika kemudian aku ajak kau mengunjungi bangunan-bangunan tua di kota bandung. Bagaimana jika aku tetap tidak mau ikut? Ya mungkin aku harus menemukan orang lain yang menerima tawaranku.
Sambil melihat jam yang menempel di tanganya hening memberi isyarat bahwa dirinya harus segera pulang. Sudah malam neh, sebentar lagi ayahku kan menelponku, aku harus segera pulang, senang mengenalmu. Tidak berbeda denganku nona. Jika kau berubah pikiran, telpon saja aku, panji memberikan kartunama yang dikeluarkan dari dompet kulitnya. Dengan senang hati. panji segera memanggil pelayan, mintabilnya ya mas. Tak lama pelayanpun datang memberikan bilnya, panji mengeluarkan uang seratus ribu ruiah dari dompet kulitnya, sebelum hening mendahuluinya, ia segera memberikanya, biar kali ini aku yang bayar. Sisanya buat mas aja ya, ucap panji sambil menyimpan uang di atas nampan yang di bawa pelayan tadi. Mereka berduapun keluar dari kafe itu menuju area tempat mereka memarkir kendaraanya
Namun sebelum hening memasuki mobilnya panji memanggilnya, heningpun mengehentikan langkahnya sambil menatap ke arah Dani. Berapa tinggi badanmu, tanya dani. Tapi sebelum hening menjawabnya, panji menyela “biar kutebak, 165 kan?. Kok bisa tahu sih, karena aku hebat. Hening hanya bisa tersenyum sambil memasuki mobil mewah yang pintunya sudah dibuka oleh supirnya, tak lama mobil itu sudah keluar meninggalkan are parkir kafe tersebut. Terlihat panji melambaikan tanganya sambil tersenyum.
Sambil mendengarkan lagu antonio song’s yang keluar dari tape mobil, Hening mencoba mengingat-ngingat kembali kejadian yang baru saja dilaluinya. Ia pun mulai melupakan kesedihanya. Dalam perjalanan pulang ia terus berpikir tentang pemuda yang unik itu, baginya pemuda itu hadir dan berpisah dengan cara yang aneh. Hening terus berkata dalam hatinya. Entah knapa aku begitu asyik berbincang denganya, kata-katanya mengalir seperti aliran sungai, dan aku hanyut kedalam arusnya. Saat dia mengajak, aku jadi tak punya piliha lain selain menyetujuinya. Aku sudah mengenal banyak lelaki dari berbagai kalangan, tetapi baru kutemui orang seperti dia, jawaban pertanyanya kadang asal, tap aku menyukainya. Meskipun ia menarik, aku mencoba untuk tidak menunjukan ketertarikanku, karena ketertarika bisa berakibat fatal bagi seseorang. Tiba-tiba bayangan akan lelaki itu di hentikan oleh suara deret pagar rumahnya yang tlah terbuka.
Hening bergegas masuk ke kamarnya, dan setelah beberapa saat, ia mulai menuangkan kejadian tadi kedalam diarynya :
Hening adalah anak seorang pengusaha automotif yang terkenal di jakarta, ibunya seorang dsainer interior. Dia hidup serba berkecukupan. Apapun yang ia inginkan kan segera terwujud tanpa harus merengek, cemberut apalagi menggoda lelaki tazir.
Aku merasa tiap hari-hari yang kulalui seperti sebuah rancangan terstruktur, dimana aku melaluinya tanpa harus memikirkan hal lain.rutinitas yang kulalui tak ubahnya desain yang dirancang ibuku, berpikir baik dan buruk hanyalah membuang waktu percuma. Tak perlu kupikirkan efektifitas busway terhadap penangulangan kemacetan, juga tentang naik turun harga BBM, cukup bagiku memakai kendaraan yang diberi orangtuaku dan supir mengantarkan kemana aku pergi.
Dalam hidup ini selalu ketemui dua pilihan, yaitu saat kita mendapatkan dan melepaskan. Kerap terjadi saat-saat dimana aku merasa melepaskan lebih membahagiakan ketimbang menerima. Ketika ketakutanku akan kehilangan sesutau memuncak yang membuat aku mempertahnkanya degan sekuat tenaga, saat itulah semua menjauh dariku, sebaliknya saat aku berani melepaskan egoku, aku merasa mendapatkan banyak hal baru dalam hidupku. Pemuda yang tadi berbincang denganku telah digelindingkan oleh tangan takdir, tanpa aku bisa menolakamya. Ia seperti pencuri datang mengambil sebagian pikiranku, tapi aku rasa ia bukan pencuri, karena saat ia pergi ia malah menyimpan mawar mewangi di relung jiwaku.
Meskipun ia menarik bagiku, aku tak mungkin tuk jatuh cinta kepadanya, karea setiap aku menemukan cita tak ada yang kudapatkan selain dua hal, yaitu senyuman dan derita. Ia hadir sili berganti seiring kehadiran dan kepergia orang yang kita cintai. Lagi pula dia lelaki yang belum aku kenal dari mana asalnya, bukankah hidup di jakarta yang penuh persaingan ini, jangan terlalu mudah tuk jatuh cinta, karena itu bisa menjadi kesalahan besar.
Aku pernah membuat pilihan yang tak menguntungkan dalam hidupku, dan itu masih membekas sampai sekarang, cukuplah itu jadi pengalaman berharga, jangan sampai aku mengalaminya kembali. Dulu aku pernah berteman dekat dengan seorang pria, tiap jejak yang kita lalui bersama membentuk polesan yang penuh warna, dan saat aku mulai bisa menghayati keindahan bersma, saat polesan itu tlah menjadi lukisan cinta yang sempurna, ia pergi begitu saja seolah tak melakukan kesalahan sedikitpun. Aku mencintainya seperti cinta bulbul pada sang mawar yang merekah, tatkala datang musim gugur, sang mawar melepaskan kelopaknya, saat itlah semua orang menertawakan cintanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar